Welcome to Yessy's Blog!

Good Articles, Indeed Site
Follow Me

Novel : Mimpi - Mimpi Terpendam [ Chapter 3,4,5 ]



By  yessy     Saturday, August 31, 2013    Labels: 
Mimpi - Mimpi Terpendan [Chapter 3,4,5]


_____________________________________________________________________________

[Chapter 3]

Happy Reading ~!^^
Karya : Mira W



Andre bersandar dengan tumpukan bantal dalam kamarnya. Pikirannya bekerja keras. Belum satupun proyek yang didapatnya. Belum satupun email lamaran kerjanya yang dibalas. Ia belum memberitahu Herald bahwa ia melamar pekerjaan ke perusahaan-perusahaan besar. Herald masih terbenam dalam source codenya tanpa pernah tahu program sehebat apapun akan tak ada artinya tanpa marketing yang bagus. Semua kekusutan ini harus dihentikan. Tapi ia tak tahu caranya. Andre hanya harus bersiap-siap dalam kondisi terburuk demi hidup keluarganya, dan melamar pekerjaan bukanlah hal yang bodoh untuk situasi ini. Dulu di saat usaha melaju mulus, ia bahkan sempat memperoleh ’tambahan’ dari berjualan software yang dicurinya dari Herald dan itu bernilai puluhan ribu dollar. Kini di saat usahanya bangkrut dan mencoba melamar pekerjaan, gaji yang ditawarkan seharga uang yang biasa dihabiskannya dalam semalam kala bersenang-senang!

Tumpukan tagihan bank tergeletak di ujung meja rias. Ia menatap lembaran kertas itu dengan gelisah. Tadi sepulang kantor, isterinya mengeluh karena orang-orang berperawakan kasar itu datang lagi ke rumahnya padahal baru tiga hari yang lalu mereka datang. Mereka mencarinya dan menunggu hingga larut malam. Untunglah Andre pulang lewat tengah malam.

Dilihatnya Anna yang sudah terbangun dari tidur. Ia menyisir rambutnya di hadapan cermin rias. Pantat isterinya kelihatan padat dibungkus gaun tidur yang kusut.

Dari cermin Anna melihat Andre berselonjor lurus menatap ke arahnya. Matanya menampakkan kelelahan. Gurat-gurat di wajah Andre yang tampan juga memberikan kesan keletihan atas hidup yang dijalaninya.

/Aku mempunyai banyak dosa terhadap pria ini. Tapi Tuhan tolong jangan sakiti suamiku dengan cara seperti ini./

” Anna, kau tahu aku mencintaimu. Kemarilah sayang, aku ingin bercinta..” Tiba-tiba Andre sudah bangkit dan menghampiri isterinya. Ia mengelus lembut pinggul Anna.

“aku juga mencintaimu Andre” desah Anna dengan suara serak. /Aku tidak ingin kau disakiti pria-pria kasar dari bank itu./

Merekapun bercinta namun Anna merasakan tiada gairah dalam dirinya. Persetubuhan itu berlangsung singkat. Saat mereka selesai, mereka hanya saling berbaring di ranjang menatap langit-langit kamar. Semuanya kini berbeda. Tidak ada kegairahan lagi. Semua telah menjadi rutinitas yang membosankan.

----- Hari ini hari Senin di bulan September, Andre berangkat ke kantor pagi-pagi. Ia tahu banyak hal yang harus diselesaikan. Ia juga tahu hari ini ia akan gelisah sepanjang hari. Ini hari ketujuh sejak surat tagihan itu datang. Artinya Anna akan menghadapi mereka sendirian siang ini di rumahnya. Andre sendiri sudah memindahkan kantornya bersama Herald hingga bank akan kesulitan menagihnya.

Kantor barunya ini kecil. Hanya satu ruangan dilengkapi pendingin ruangan dan tanpa karpet sama sekali. Namun ia bersyukur sudah memperolehnya . Bagaimanapun ia harus mengakui dirinya dan Herald adalah buronan bank saat ini. Ia masih berharap Anna berhasil melaksanakan rencana yang telah mereka susun jika tukang-tukang tagih itu datang kembali.

Setiba di kantor barunya, ditemuinya Herald sudah asik terbenam dengan laptopnya. Dalam satu minggu, Andre hanya menemui Herald dua tiga hari di kantor. Selebihnya Herald tak pernah masuk kantor tanpa Andre tahu kemana saja rekannya itu. Dilihatnya Herald sesekali menaik turunkan kacamatanya seperti kebiasaan Herald bila sedang berpikir keras.

Andre menuju meja kerja besar di pojok ruangan, dibuangnya tumpukan puntung rokok dari asbak. Mejanya selalu penuh abu rokok. Meja Herald selalu bersih tanpa abu rokok. Herald jarang sekali merokok. ’programer tidak merokok’ itu yang sering diucapkannya.

Setelah duduk di kursi kerjanya dan menyalakan computer Andrepun mulai terbenam dalam rutinitas pekerjaan. Beberapa peluang ia cari dan ia cocokkan dengan kemam

mpuan mereka. Ia harus segera mendapatkan proyek atau bank akan menyeret mereka berdua ke dalam penjara.

Pada saat yang sama, Anna sedang mengganti air di vas bunga ketika bel rumah berbunyi. Jantungnya tiba-tiba berdetak keras. Ia tidak mengharapkan tamu. Ia sudah tahu siapa yang akan datang sebelum mengintip dari balik gorden jendela rumahnya. /Mereka datang, semoga rencana kami berjalan lancar. /

Tiga pria berjaket kulit berdiri di teras rumahnya. Ia menyesal membeli rumah ini. Rumah dengan pagar tanaman bunga-bunga setinggi lutut. Mereka bertiga cukup melompat kecil saja untuk sampai di teras rumahnya.

“Selamat siang Nyonya Andre”, pria beraksen timur itu menyapanya ketika ia membuka pintu rumah. Belum sempat ia menjawab, pria itu mendorongnya dan melangkah masuk.

Anna mengikuti dari belakang tanpa berbicara.

Ia berdiri diam menatap mereka./ Tuhan tolonglah aku./

”Nah, Nyonya.Apakah suamimu sudah bisa melunasi kewajibannya?” Pria itu memulai percakapan setelah duduk di sofa sambil menyilangkan kedua kakinya , ”oiya, sejak betemu kita belum pernah berkenalan, saya Reynold” tambahnya.

” saya Fred” kata pria berhidung besar di sebelahnya, “dan ini Andre, sama seperti nama suami anda,” sambil menunjuk pria ketiga yang bertubuh sedang dan berkulit putih.Pria yang terakhir ini masih berdiri sementara kedua kawannya sudah duduk.

Anna memperhatikan mereka sambil berdiri. Dari ketiganya, pria bernama Andre ini yang kelihatan terpelajar. /Mungkin ia pengacara bank. //Yang lainnya pasti dari perusahaan debt colector./

“Sebaiknya anda duduk Nyonya, tidak enak kita berbicara sambil berdiri”, Andre mempersilakannya dengan sopan sambil membetulkan dasinya.

“ia belum bisa melunasinya sekarang,” kata Anna pelan. Anna duduk dan memperhatikan pria ketiga itu mengikutinya duduk. Ia mengalihkan pandangan dan menatap kedua tamu lainnya. Tatapan mereka liar dan kejam.

”apa yang dikatakan suamimu?”, Reynold bertanya sambil mengeluarkan bungkus rokok dari saku jaketnya.

”Sudah kukatakan, ia belum bisa melunasinya.”

”Lalu bagaimana dengan hutang-hutang ini?”

“Ia akan membayarnya. Tapi bukan sekarang.”

”Kapan?”

”Belum tahu”

”Dia bilang belum tahu ?”

”Tidak, aku yang bilang.”

Reynold mendelik. Sekilas Anna melihat bibir Andre menyunggingkan senyum kecil. Mungkin geli melihat keberaniannya.

”Bukan anda yang ditanya!” sembur Reynold

Reynold menjentikkan rokoknya di asbak dan melanjutkan, ” Jadi apa rencananya?”

Anna diam tak menjawab. Ruangan hening..

Reynold mencondongkan badannya menatap lurus mata Anna yang menantang dan kembali bertanya, ”Baiklah, apa rencana suamimu untuk hutang ini?”

Anna tetap diam tak bergeming.

“Bangsat!” seru Reynold keras. Ia bangkit dari duduknya dan menghampiri Anna yang masih menatapnya. Sesaat sebelum Reynold menyentuhnya, Anna menjawab ,” Tadi kau bilang tidak bertanya padaku.”

Reynold tercekat sambil berdiri.

“…kau…kau…sial!” ujarnya tergagap-gagap dan kembali duduk. Dipandangnya wajah wanita di hadapannya. Ia geram tapi tak mungkin ia mencelakakannya.

Anna memandang ketiga tamunya. Ia benci melihat tampang mereka. Pantat Anna terasa panas di sofa. Ruangan itu terasa sempit baginya. Ia ingin menjawab tapi tak tahu apa yang harus dikatakannya. Ini rumahnya dan mereka berlaku seenaknya tanpa ia mampu menghentikannya. Dadanya terasa sesak. /Aku harus bisa bertahan. Aku mencintai Andre. Akan kulakukan semua rencana kita. /

” saya ambilkan minum dulu”, Anna bangkit dari duduknya. Ketiga pria itu hanya memandangnya.

Diambilnya beberapa cangkir dari meja pantry sementara benaknya sibuk berpikir. Anna sudah kehabisan akal. Ia terdiam di meja pantrinya, dan berbalik kembali ke ruang tamu.

”apakah kalian akan menunggu Andre pulang hingga larut malam?” tanya Anna berusaha tenang.

Ketiga pria itu menoleh dan berkata bersamaan. ”tentu saja”.

/Baik, rencana dimulai./

09.00

Anna menghidangkan tiga cangkir tersebut. Ketiga pria itu meminumnya habis.

12:20

Anna menemani Rachel makan.

16.30

Anna menghidangkan kembali cangkir-cangkir baru. Pantatnya sudah panas duduk diam sementara ketiga tamunya tetap tak bersuara selama berjam-jam. /Apa mereka selalu tahan seperti ini dalam menjalankan tugasnya./ /Aku sendiri tidak nafsu makan, tetapi mereka harusnya terasa lapar./

19.15

Ini yang ketiga kalinya Anna menghidangkan cangkir kepada mereka.

”kau baik sekali” Fred kembali bersuara setelah keheningan yang mencekam. Reynold membolak-balik majalah masih terlihat kesal.

20.10

Ketiga cangkir tamunya sudah tidak berisi. Anna diam duduk di sofanya. /Tuhan, aku harus tabah. Ini semua aku lakukan untuk Andre. /

21.00

Anna menghidangkan cangkir untuk yang keempat kalinya.

22.10

Anna bangkit dari duduk bergegas kembali ke pantri untuk mengisi cangkir-cangkir tersebut tetapi tangannya diraih oleh sebuah tangan hitam berbulu. /Tangan itu! Jari yang kasar!/

Anna berbalik menghadap si pemilik tangan tersebut. Ia masih merinding teringat kejadian beberapa hari lalu dengan jari tersebut.

“Tidak usah kau isi lagi. Kami kembali saja. Besok kami akan datang ke mari pada jam yang sama. Kalau suamimu beritikad baik suruh ia menunggu!” suaranya berat dan matanya meredup. Kelihatannya ia telah bosan menunggu.

Sepuluh menit kemudian saat mereka telah pergi Anna mengambil handphone dan mengirim sms,isinya: ’mereka sudah pergi. Kau boleh masuk.’

23.08

Andre membunyikan bel pintu rumah dan langsung masuk kamar tanpa berbicara sepatah katapun. Merekapun tertidur dalam keheningan.

---- Keesokan harinya Andre berangkat pagi-pagi. Dua jam kemudian Anna mendapati ketiga orang itu telah berada di rumahnya.

08:00

Anna duduk diam dengan tiga tamunya.

”jadi,dia sudah pergi lagi hah?”, Fred memulai sambil mendengus. Matanya liar menatap sekeliling ruangan. Dipandangnya foto pria dalam bingkai di dinding ruangan. Reynold terlihat masih kesal dan langsung duduk mengambil majalah yang sama dengan kemarin.

Selanjutnya....

09:00

Mereka habiskan kopi panas yang tersaji

11:00

Renold mulai merokok dalam rumah Anna. Asap membumbung tinggi memenuhi ruangan. Anna benci asap rokok. /Aku harus tetap bertahan./

12:00

Anna menghidangkan tiga cangkir baru dan membawa masuk cangkir-cangkir lama.

12:10

Anna mengajak Rachel makan siang bersama dan menemaninya bermain video-game selama setengah jam sebelum kembali ke ruang duduk.

14:50

Anna mengintip ke kamar Rachel, anak itu sudah tertidur pulas dengan stick game tergenggam di tangannya. Anna lega Rachel tidak bertanya macam-macam tentang tamunya.

15:00

Anna kembali ke ruang duduk dan menemani tamunya dalam diam. Ketiga tamunya tidak berminat mengajak bicara dirinya dan Anna sendiri bersyukur atas sikap mereka itu. Fred sudah tertidur pulas di sofa. Reynold bermain catur dengan Andre. /Mereka bahkan berbekal papan catur dalam menjalankan tugasnya./

19:00

“Permisi, aku ingin ke toilet,” Andre bangkit dari duduknya menghampiri Anna. Anna melongo kaget menatap tamunya sebelum menunjukkan letak toilet mereka.

20:00

Anna kembali dalam posisi duduk diam mengamati kedua tamunya bermain catur. Fred sudah terbangun dan memilih meletakkan pantatnya di batu kolam depan rumah sambil merokok.

21:00

Anna menghidangkan teh panas. Mercy sibuk mencuci seluruh cangkir mereka di pantry.

23:00

”Suamimu mempermainkan kami !” kata Reynold sebelum bangkit dari duduk dan pergi bersama kedua temannya.

Andre menambahkan, ” besok kami kembali.”

23: 20

Anna mengirim sms, isinya : ’kau bisa pulang sekarang.’

00:30

Andre datang.

00:40

Andre memeluk Anna dari belakang di ranjang mereka dan mencium lehernya.

”Aku ngantuk sekali Andre....besok saja.”

Esoknya ketiga orang itu datang kembali. Kali ini Anna mulai bisa membiasakan diri duduk berlama-lama hingga pantatnya panas dan berulangkali hilir mudik ke pantry untuk mengganti cangkir.

Malamnya,

”Kau belum ingin tidur sekarangkan Anna?”

dan Anna menghindar menjauh ke tepi ranjang , ” lelah sekali rasanya Andre...jangan sekarang...”

Hari kesepuluh setelah surat tagihan itu datang, sepanjang siang Anna menyaksikan rumahnya dipenuhi asap Fred yang tak henti-hentinya merokok dan malamnya saat Andre sudah mulai mendekapnya.

”Ohh..Andre,maafkan aku....aku benar-benar stress dengan ketiga orang itu....bagaimana bila besok saja....”

Dan kejadian itu berulang tiap harinya selama dua minggu lebih.



___________________________________________________________________________________

[Chapter 4]

Happy Reading ~!^^




Andre melangkahkan kaki di café X’prsso lantai empat puluh Crown Regency. Pemandangan dari jendela sangat menyenangkan. Lalu lintas dengan mobil-mobil kecil jauh di bawah. Langit biru dengan awannya seakan mudah digapai. Hari ini ia ada janji temu dengan Pizzo Rent Car, sebuah jasa penyewaan mobil yang menguasai bagian timur.

Ia belum pernah bertemu dengan direkturnya, namun ia telah mengirim sample software aplikasinya dan mereka puas. ‘General Manager kami akan menemui anda. Ia yang akan mengurus semua kontraknya.’

Andre mencicipi kopi expresso pesanannya. Masih panas namun rasanya menyegarkan. Andre sudah berulangkali berkunjung ke Crown Regency namun baru kali ini ia mencoba cafe X’prsso. Dipandangnya suasana cafe. Belum ada pengunjung lain, hanya ia sendiri. Di pojok ada meja bar setengah lingkaran dengan kursi-kursi tinggi dari kayu mahoni. Dindingnya beronamen kayu dengan bagian bawah dilapis wallpaper merah marron dan pembatas dari kayu hitam mengkilat. Suasana temaram dengan lampu-lampu yang berada di balik kayu pembatas mengkilat tersebut. Meja-mejanya terbuat dari kayu dengan marmer bundar besar sebagai penopangnya. Bangku-bangkunya dari kayu dengan posisi tegak. Andre curiga pemilik café membiarkan pelanggannya duduk dalam tegak sehingga tidak akan berlama-lama.

Ketika Andre sibuk mengamati detail-detail ruangan tiba-tiba terdengar sebuah suara.

“Selamat pagi, anda Mr.Andre?,” sapa seorang pria bertubuh kecil dengan setelan coklat , “ Saya Manuel Parierra. Pizzo Car “, lanjutnya sambil mengulurkan tangan.

Andre menoleh bangkit dari duduknya dan mengulurkan tangan bersalaman, “ Selamat Pagi. Saya Andre, senang berkenalan dengan anda. Silakan,”

“Well, Mr Andre, mari kita langsung pada software anda, panggil saya Manuel saja.” Pria itu tersenyum hangat dan menarik bangku di hadapan Andre.

“Anda tidak ingin memesan kopi ?” Tanya Andre ramah.

“Tidak. Nanti saja. Terima kasih.”

Pria itu mengeluarkan beberapa lembar kertas kontrak pembelian.

”Kami sudah mencoba software anda. Sebelum kami membuat keputusan ada yang perlu kami pastikan terlebih dahulu.”

Andre mengangguk sambil tersenyum,”silakan”

“Anda katakan bahwa software anda ini terhubung dengan GPS. Sehingga kami setiap saat dapat memantau posisi seluruh armada kami.”

” Itu benar.”

”Well, kami sangat menyukai hal itu. Namun kami belum pernah mencobanya. Anda hanya memberi sample software dengan kekuatan database yang luar biasa.”

“Anda tak perlu kuatir. Untuk berjalannya fasilitas itu, anda membutuhkan perangkat mini kami. Perangkat itu yang akan menghubungkan software kami dengan satelit. Sayangnya, kami hanya dapat memberi perangkat tersebut kepada anda saat anda sudah menjadi klien kami.”

Pria dari Pizzo Car itu mendengarkan dengan tenang, ”bisa anda tunjukkan alat itu?”

Andre mengeluarkan kotak hitam dari tas laptopnya. Kotak itu mempunyai lubang kecil di atasnya dengan lampu berbentuk segitiga.

”mari kita lihat cara kerja alat ini. Anda membawa CD kami?” tanya Andre.

Manuel Parierra merogoh CD dari balik saku jasnya dan menyerahkannya pada Andre.

“ Saya install dulu,” kata Andre sambil mengeluarkan laptopnya.

Beberapa menit kemudian mereka berdua menatap bar berkedip- kedip bergerak ke arah kanan dalam layar komputer. ”Proses install ini satu menit lamanya,” jelas Andre sambil mendorong laptopnya sehingga mereka berdua bisa lebih jelas mengamati layar.

”Well sudah selesai. Mari kita lihat software anda ini.”

Sesaat kemudian gambar logo Pizzo Car muncul di layar. Setelah Andre mengetik password , gambar peta dengan kotak dialog di kanannya muncul. “Anda bisa merubah password ini sesukanya.” jelas Andre.

Beberapa menit kemudian mereka sibuk mengamati layar laptop. Gambar peta terpampang di hadapan mereka dan berbagai wilayah dalam jelajah armada Pizzo Car dicoba satu persatu. Pria dari perusahaan persewaan mobil itu terkagum-kagum mengamati layar di hadapannya. Bahkan ia dapat melihat siapa pengemudi tiap kendaraan yang disewa. Perangkat ini sangat luar biasa. Ia menyukainya.

Kini General Manager Pizzo itu sedang mengamati sebuah titik berkedip setelah ia memasukkan sebuah nomor ID kendaraan. Di layar tampak tanda lokasi kendaraan tersebut diam tak bergerak. Ia mengkliknya dan melongo melihat betapa jelas dan canggihnya software ini. Kendaraan itu sedang dicuci di pelataran parkir kantornya yang berjarak ribuan mil dari laptop di hadapannya itu.

“Ini kendaraan direktur kami,” jelasnya.

Andre mengangguk dan berkata, “Tentu saja, kendaraan anda harus dilengkapi GPS untuk dapat terpantau,” jelas Andre.

Pria di hadapannya tak menjawab dan masih menatap layar di hadapannya dengan penuh semangat sebelum akhirnya ia berkata, ”Well, kami membeli aplikasi anda. Software dengan database kuat dan terhubung GPS. Memang itu yang kami butuhkan,” kata Manuel sambil tersenyum.

”Oiya, kalau boleh tahu apakah anda mempunyai kontrak jangka panjang dalam persewaan bandwith pada foto satelit?” lanjutnya.

” Tentu saja. Dua tahun,” jawab Andre singkat,” berarti masih berlaku setahun lagi dari sekarang.”

”Apakah setelahnya, anda akan memperpanjang lagi Mr Andre?”

”Tergantung anda. Bila anda perpanjang kontraknya maka kami perpanjang kontrak foto satelitnya.”

Pria itu kembali tersenyum puas, ” well, kita deal. Kami beli produk ini.” Ia mengulurkan tangannya dan Andre menyambutnya bersalaman.

Setelah membereskan laptopnya kembali, Andre menawarkan kopi bagi tamunya,” Anda suka expresso?”

” Bolehlah,”

Sementara Andre memanggil pelayan, Manuel mempersiapkan lembar-lembar kontrak pembelian. Beberapa menit kemudian Andre telah mendapatkan kontraknya dan mereka berbincang-bincang sebelum akhirnya menyudahi pembicaraan mereka.

“Mr Andre, terima kasih untuk presentasinya. Anda bisa cek transfer kami besok setelah anda buka keylock aplikasinya,” Mr.Manuel bangkit menyalaminya sebelum melangkah pergi.




___________________________________________________________________________________


[Chapter 5]

Happy Reading ~!^^




---- Andre merasakan pagi ini lebih baik dari kemarin. Kontrak dengan Pizzo Car membuka kesempatan baru baginya untuk bangkit. Hari ini ia tak pergi ke kantor barunya. Rachel dan Mercy masih di sekolah. Andre melirik jam tangannya dan memutuskan untuk memeriksa email di cafe internet.

”Anna, aku cek email dulu. Siang nanti aku kembali sebelum Rachel datang,” kata Andre sambil melangkah keluar rumah.

”Baiklah. Hati-hati” Anna sibuk di dapur dan ia menjawab dengan datar. Hatinya masih tidak tenang memikirkan kemungkinan ketiga tukang tagih itu akan datang kembali ke rumahnya.

---- Setelah memeriksa email dan mendapati tak ada satupun emailnya dibalas Andre membuka site-site lowongan kerja selama beberapa menit. Dikirimnya beberapa lamaran kerja. Setengah jam kemudian Andre membuka jendela chatting. Dikunjunginya beberapa ruang chat. Ada beberapa ruang yang isinya obrolan jorok dan Andre menghindarinya. Ia buka salah satu ruang chat yang lain dan mulai mengetik

[wisdom]hi. .. asl pls

dibukanya ruang chat yang lain dan diketiknya

[wisdom] hai…asl pls

dan beberapa ruang chat yang lainnya dengan kata – kata yang sama.

Setelah menunggu beberapa menit dan tak ada yang menjawab, ia buka site-site perusahaan mobil. Ia selalu menyukai mobil-mobil eropa terbaru meski untuk sementara ini itu semua tak mungkin ia miliki.

Empat puluh menit kemudian, ia sudah merasa bosan. Tak satupun chat-nya yang dibalas. Ketika ia memutuskan untuk menutup ruang-ruang chat tersebut tiba-tiba muncul deretan huruf jingga di layar

[janet] hello wisdom. How r u?

[janet] masih ingat?

Andre memperhatikan deretan huruf tersebut dan ia tersenyum. /Akhirnya../

[wisdom] yup. janet textile kan?

[janet] banyak janet lain ya?

[wisdom] gak kok. Cuma kamu

[janet] banyak juga gpp kok

[wisdom] gpp apaan sih?

[janet] ga apa apa

[wisdom] ooo...

[janet] u dimana

[wisdom] cafe net

[janet] sama dong

[wisdom] bolos kerja?

[janet] yup.lagi bete

[wisdom] sama dong.kenapa?

[janet] bosan aja gawe terus.

Andre menatap tulisan itu. /Aku tak akan bosan dengan pekerjaan, aku butuh penghasilan sebanyak-banyaknya sekarang./

[janet] woi...kok bengong

[wisdom] sorry. u ada no hp

[janet] 0829966789

/bahkan ia tak jual mahal seperti netters yang lain bila diminta no hp./

[wisdom] 0829 966 788

[janet] hah?

[wisdom] kenapa?

[janet] boonk ya

[wisdom] gak kok.bener.coba aja

Satu menit kemudian handphone Andre berbunyi. Ada sms, isinya : ’tukang boonk ya’ dilihatnya nomor pengirim. Janet!

[janet] dah sampai?

[wisdom] dah

[janet] apa isinya?

[wisdom] ’tukang boonk ya’

[janet] J

[wisdom] jelek

[janet] kok nomor kita hampir sama

[wisdom] yup

[wisdom] jodoh kali

[janet] gila

[wisdom] crazy

[janet] dah tau

[wisdom] pinter dong

[janet] pasti

….

dan seterusnya. Deretan huruf itu mengalir di layarnya bergantian saling menjawab.

[janet] wisdom,aku ada acara

[janet] dc ya

[wisdom] oke deh.

/Jangan telihat bernafsu. //Santai saja lagi pula ia di kota yang berbeda./

/ /

[janet] besok lanjut yuu

[wisdom]oke

[janet] jam 8 malam

[wisdom] yup

dan chat-pun berakhir. /Back to my life again!/

Ketika Andre pulang para penagih itu tidak datang hingga ia berangkat tidur. Hatinya merasa tenang dan di kamarnya, baru saja Anna naik ke ranjang ketika Andre memeluknya.

“Andre….aku lelah sekali, bagaimana bila besok saja, aku janji…”

dan Andre menatap langit-langit kamar hingga hampir pagi.

---- Esoknya jam tujuh malam, Andre sudah sibuk menarik-narik kabel telepon ke komputer kantornya.

Satu jam kemudian

[janet] lama nunggu ya

[wisdom] gak.baru login

[janet] di kantor?

[wisdom] yup

[wisdom] dah makan?

[janet] not yet. Traktir?

[wisdom] mau?

[janet] yup

[wisdom] kapan

[janet] sekarang

Andre nyengir. /Seandainya kita satu kota..../

[wisdom] beraninya luar kota

[janet]J

[wisdom] jelek

[janet] eh, cakep lagi

[wisdom] ada pic?

[janet] I send now

[wisdom] I’m waiting

sesaat kemudian komputernya berbunyi “beep” tanda ada kiriman picture. Foto Janet terpampang di layar.

[wisdom] keren J

[janet] gombal

[wisdom] really.

[janet] ur pic?

Semenit kemudian

[janet] mmm…handsome

[wisdom] haha…

Andre mengirim pic seekor simpanse.

[janet] mana dong

[wisdom] iya. Nih liat

Andre mengirim foto dirinya.

[wisdom] gimana?

[janet] jelek !

…..

dan merekapun makin akrab hingga beberapa jam kemudian Andre mendapati dirinya menggigil kedinginan. Sudah hampir tengah malam. Jendela kantornya berembun karena AC.

Saat Andre tiba di rumah sudah lewat tengah malam dan Andre ingat punya janji dengan Anna malam ini. Ia sudah tak mengenakan apa-apa lagi di balik piyama tidurnya ketika Anna berkata, ” Andre...aku sedang tidak bisa...sore tadi mulai keluarnya..lima enam hari seperti biasa...”

dan Andre membalik badan membenamkan mukanya ke bantal sepanjang malam.

Keesokan harinya pada jam kerja Andre melanjutkan chat. Seminggu berturut-turut mereka saling ngobrol melalui internet.

Hingga pada suatu hari

[janet] aku send pic yg lain

[wisdom] oke

dan Andre menyaksikan Janet terpampang di layarnya dengan pakaian renang. Malamnya handphone Andre menerima pesan sms. Isinya ’horny inget pic aku?’

Hubungan merekapun bertambah dekat dan hangat.

...

[janet] kangen...

[wisdom] sama...

Pada minggu berikutnya berubah menjadi yang diharapkan

[janet] horny liat pic kamu mandi

[wisdom] J

akhirnya semakin tak terkendali

[wisdom] aku punya gunting cukur listrik

ketika selangkangan Janet menghiasi layar komputer di hadapannya.

Dan dibalas

[janet] a brown banana J

ketika Andre mengirim foto bugil dirinya.

Malamnya Andre membuat Anna melambung ke awan berulangkali dengan membayangkan Janet dalam benaknya.

Reynold, Fred dan Andre membungkus dirinya dengan jaket kulit. Hawa malam ini benar-benar dingin. Mereka duduk sambil menghisap rokok dalam belaian angin malam di teras kantor FSDC kepanjangan dari Fast Solution Debt Collector, sebuah perusahaan penagih hutang yang menjadi rekanan beberapa bank dan lembaga simpan pinjam. Motto perusahaan itu adalah : ‘selesaikan tagihan secepatnya dengan berbagai cara.’

Kantor itu berupa bangunan satu lantai di depan jalan kecil yang tidak akan muat untuk dua mobil. Bangunannya berwarna orange mencolok dengan batu kali hitam pada tiang dindingnya. Lokasinya dijepit oleh menara-menara tinggi gedung perkantoran. Di sebelah baratnya ada Seal Plaza dan Diamond Rich, di timurnya menjulang megah Babilon Village berlantai tiga puluh delapan. Hanya sebelah kanan dan kirinya saja yang berstatus sama. Gedung perkantoran sederhana berlantai satu yang dilengkapi pendingin udara tanpa karpet.

”Reynold, apa kau ada cara bagaimana menyelesaikan teman kita yang satu itu. Ia menghilang begitu saja dan isterinya yang selalu kita temui. Kemana sebenarnya orang itu?” Fred berbicara sambil memicingkan matanya perih terkena asap rokok.

”Isterinya menjengkelkan!” sembur Reynold gusar sementara Andre hanya diam menikmati rokoknya.

”namanya seperti kau,” Fred mendongakkan kepala menunjuk Andre, ” apa kau tidak bisa menebak kemana orang itu sekarang? Sepertinya ia bukan spesies yang sama dengan kau meski namanya sama,” lanjutnya nyengir memamerkan deretan gigi di antara kedua bibirnya yang hitam akibat merokok.

”mana aku tahu,” Andre menjawab sambil menggaruk-garuk dagunya,” akupun sudah kesal. Semakin lama semakin aku berpikir isterinya juga sama menjengkelkannya dengan orang yang bernama Andre itu.”

”kalau besok kita kembali ke rumahnya. Mungkin teh dan kopi saja yang kita dapat,” sungut Reynold.

” kita datangi malam hari saja,bagaimana menurutmu Fred?” tanya Andre, ” bajingan itu pasti kembali ke rumahnya, heh?”

Yang ditanya hanya diam dan menoleh ke Reynold.

“kita coba saja usulmu itu,” kata Reynold sambil membuang puntung rokok ke halaman kantor, ” besok malam kita ke sana dan kau Andre tetaplah berpenampilan seperti pengacara. Kita ingin isterinya tahu pengacara bank terlibat dalam masalah ini sehingga ia akan berpikir ulang untuk menghubungi polisi jika sewaktu-waktu kita perlu berbuat lebih padanya. Sementara ini kita beristirahat saja,” lanjutnya.

Andre bergegas masuk ke dalam kantor disusul kedua temannya. Mereka memilih sofa masing-masing dan merebahkan badannya. Ketiganya tidak berminat pulang ke rumah malam ini. Pikiran mereka sama, bila dalam waktu tiga puluh hari mereka tidak bisa menagih, maka order akan lepas dan bank akan memilih perusahaan debt collector lainnya. Itu artinya mereka tak akan memperoleh penghasilan bulan ini karena mereka bekerja berdasarkan fee bukan gaji.

Sementara itu dalam waktu yang sama, Andre sedang bersandar pada bangku teras atas. Anna menemani di sisinya sambil membaca majalah-majalah lama. Mereka belum mengantuk dan baru saja Anna bercerita bahwa tiga orang ’tamu langganannya’ tadi datang ke rumah.

”kapan kau bayar mereka?” Anna membuka percakapan.

Andre meletakkan koran di tangannya, ” empat hari lagi. Aku belum sempat ke bank.”

Anna menarik nafas lega.

” Kalau besok mereka datang, katakan empat hari lagi kita bayar. Tiga hari besok aku harus menyelesaikan seluruh setup dan instalasi di Pizzo Car. Begitu selesai aku akan mentransfernya.”

”Jadi kau akan bepergian jauh besok?”

”hanya tiga hari sayang.”

Anna memandang wajah suaminya. Entah mengapa, ia selalu kagum pada suaminya. Berkali-kali menghadapi masalah dan Andre selalu berhasil mengatasinya dengan tenang.

” baiklah, aku akan siapkan kopermu.” Anna melangkah masuk membawa majalah di tangannya.

Baru saja Andre hendak menyusul masuk ketika teleponnya berbunyi. Pesan sms dari Janet masuk.

Kangen... J

Bibir Andre menyunggingkan senyum. Wanita itu semakin berani saja dan itu membuat dirinya bergairah. Semakin lama semakin dirinya merasa ingin bertemu Janet. Wanita yang belum pernah ditemuinya itu seperti selalu berada di dekatnya dan ia mengetik sms membalasnya.

Kangen brown banana? J

Semenit kemudian sms Janet masuk kembali.

Met bobok sayang...

Bahkan ia tak mengindahkan sms nakalku, pikir Andre.

Keesokan paginya, Andre memeriksa ulang semua perlengkapan dari CD, kabel-kabel, Card Reader, adaptor mini, keylock box dan setumpuk kertas kerja sementara isterinya menyiapkan sarapan pagi. Koper pakaiannya sudah siap di meja depan.

Andre menyelesaikan makan paginya dengan cepat dan bergegas berangkat dengan semangat. Anna memandanginya ketika Andre melangkah ke luar pagar dengan menjinjing sebuah koper dan tas kerja di bahunya. /Semoga ini merupakan awal yang baik/. /Aku menginginkan kehidupan yang tenang bersama Rachel dan kau Andre./

Satu jam kemudian Andre sudah duduk di bandara menunggu pesawat yang akan membawanya ke kantor pusat Pizzo Rent Car. Setelah membeli makanan ringan, Andre melihat papan elektronik jadual keberangkatan. Sudah tiba waktunya ia berangkat. Diambilnya koper dan tas kerjanya melintasi lorong panjang escalator yang membawanya ke belalai panjang menuju pintu pesawat.

Sepuluh menit kemudian ia sudah memandang awan awan putih dari jendela di sisinya.

-- ”well, Mr.Andre, ini komputer pusat kami. Database kami ada di sini semua. Anda dapat melakukan verifikasi data di sini. CD software anda ada di kotak biru itu,” Mr.Manuel menjelaskan sambil menunjuk kotak CD di atas sebuah switch, kotak hitam pipih dengan tiga puluh dua lampu yang berkelip-kelip.

Andre memandangi perangkat-perangkat canggih di depannya. Ia selalu menyukai server. Baginya komputer adalah jaringan. Tanpa switch,router dan perangkat-perangkat jaringan lainnya, komputer tidaklah lebih dari sebuah mesin tik tua.

”Baik, terima kasih. Saya akan langsung bekerja.” Andre bergegas membuka tas kerjanya. Kopernya diletakkan di dekat meja kerja besar di sampingnya. Setelah mendarat tadi, ia langsung ke kantor pusat Pizzo Car dan hingga kini ia belum tahu akan tinggal di mana nanti malam.

”Selamat bekerja,” Mr.Manuel melangkah pergi meninggalkannya sendiri dalam ruangan dingin berkarpet tebal yang penuh perangkat canggih tersebut. Dari ruang inilah Pizzo Car memantau seluruh armadanya dan menjalankan bisnis yang menghasilkan uang banyak ke saku para pemegang sahamnya.

Setelah memasukkan CD ke dalam laptop dan menghubungkan beberapa kabel pada perangkat-perangkat canggih tersebut, mulailah Andre menjalankan installasi. Proses installasi memakan waktu dua jam lamanya untuk tahap basic. Selanjutnya ia akan mengecek seluruh ’lubang-lubang’ yang mungkin disisipi hacker dan itu membutuhkan waktu berjam-jam bahkan mungkin berhari-hari. Pizzo Car puas dengan layanan gratis dari Andre ini. Apalagi mereka tak mempunyai petugas kusus yang memantau kemungkinan komputernya disisipi oleh program-program semacam snifer dan Andre menjelaskan itu semua dengan rendah hati beberapa menit yang lalu saat presentasi singkat dengan Dewan Direksi Pizzo Car. Mereka tentu tak menyadari bahwa Andre melakukan itu semua bukan untuk melindungi mereka namun untuk melindungi softwarenya sendiri dari pembajak-pembajak yang semakin liar tanpa aturan belakangan ini.

Andre pernah mengalami kejadian buruk. Saat itu ia sangat bangga dengan keberhasilannya membuat keylock box, sebuah perangkat keras untuk mengunci dan membuka password bagi softwarenya. Ketika ia menghubungkan keylock box dengan jaringan computer di salah satu kliennya semua berjalan lancar dan satu minggu kemudian ia mendapati beberapa perusahaan telah mempunyai software yang hampir sama persis dengan miliknya. Sejak saat itu ia tak akan melakukan proses un-keylock sebelum memastikan seluruh titik jaringannya aman dari para penyusup.

Saat jam makan siang Andre mendapatkan kiriman salad dan daging asap dalam kotak putih. Dan malamnya ia mendapat kiriman kotak yang sama dengan isi yang tak berbeda. /Mungkin ini memang menu karyawan Pizzo Car./

Andre menghempaskan punggungnya dalam kursi hitam besar dari kulit itu. Sejak pagi ia bekerja dan Mr.Manuel hanya sekali mengunjungi saat jam pulang kerja. Diluruskan kakinya yang bertumpu di atas koper. Ia belum mandi dan berganti pakaian. /Setelah aku selesaikan proses mengendus ’lubang-lubang’ , akan kucari hotel dengan air panas./ Tubuhnya bersemangat membayangkan beberapa saat lagi akan berendam dalam kehangatan bath tub.

Layar notebooknya kembali berkelip-kelip menandakan ada ’lubang’ yang ditemukan dan seseorang tengah berusaha masuk ke sistem jaringannya. Ia hanya diam memandangi titik kuning berkedip itu. Sudah lebih dari sepuluh kali sejak pagi tadi ia menemukan ’lubang-lubang’ dalam sistem jaringan komputer besar itu. Andre heran dengan managemen Pizzo Car yang menurutnya ceroboh dalam membangun infrastruktur jaringan komputernya. Beruntung ia memiliki software canggih yang akan mengatasi hal-hal seperti itu. Ia cukup melihat titik kuning itu berkedip-kedip dan bila berubah menjadi hijau maka ia akan menarik nafas lega namun bila menjadi merah maka ia akan langsung menjalankan ‘perang source code’ dengan penuh kepanikan. Untunglah sejauh ini ia tak mengalaminya.

Setelah beberapa lubang lagi ditemukan akhirnya terdengar berbunyi “beep” dan notebooknya menampilkan tulisan : COMPLETED. Andre menarik nafas lega, tersenyum dan meringkasi barang-barangnya. Beberapa ditinggal tetap pada tempatnya. /Kini saatnya berendam./

Sementara itu beribu mil jauhnya pada saat Andre meninggalkan kantor Pizzo Car untuk mencari hotel, bel pintu rumahnya berbunyi. Anna mengintip dari balik jendela dan mendapati ketiga ’tamu langganannya’ sudah berada di teras depan.

Sudah jam sepuluh malam dan mereka bertamu. /Akan kukatakan sesingkat-singkatnya apa yang dipesankan Andre./

Anna bergegas membuka pintu dan seperti biasa ketiga tamunya masuk sebelum dipersilakan.

”Nah, nyonya. Kejutan bukan?” Reynold memulai pembicaraan setelah menghempaskan pantatnya di sofa , ”bagaimana ...”

Sebelum selesai kalimatnya, Reynold sudah mendengar suara dari mulut Anna.

”Empat hari lagi bank akan menerima transfer.” Anna berkata dingin sambil menyilangkan tangan di dada. Ia sudah muak melihat tampang ketiga tamunya itu, ” suami saya akan mentransfernya langsung ke bank,” lanjutnya.

Fred nyengir,” Tak semudah itu Nyonya. Suami anda berhutang ke bank pada waktu yang sangat lama tanpa pembayaran dan kabar. Bank mengalihkan semua urusan ini kepada kami. Jadi anda lihat, bila suami anda mentransfer ke bank, itu tak berarti apa-apa lagi. Semuanya sesuai prosedur. Seluruh tunggakan yang telah lewat batas, bank akan menyerahkannya kepada kami.”

Andre dan Reynold tersenyum sementara Anna terkesiap kaget. “ jadi bank tak tahu menahu lagi saat ini?”

”Tentu tahu,Nyonya.Tentu saja tahu. Mereka yang melimpahkannya kepada kami,” sahut Andre,” karena itulah semua pembayaran dan proses hukum melalui kami saat ini. Anda sudah membaca aturannya beberapa hari yang lalu bukan?” lanjutnya.

”ada pada dokumen bank yang kami serahkan pada anda, Nyonya,” tambah Reynold mengingatkan.

Anna masih belum tahu harus menjawab bagaimana. Ia mengira dengan mentransfernya empat hari lagi semua masalah ini akan selesai namun ternyata mereka masih harus berurusan dengan orang-orang memuakkan ini.

“Nah, Nyonya anda tak perlu kuatir. Bahkan jika anda membaca teliti dokumen itu, anda akan tahu bahwa ada discount pembayaran saat anda melunasinya pada kami.” Kata Fred menambahkan.

“melunasi pada anda?”

“ ya, pada kami. Kami yang mempunyai otorisasi masalah tagihan ini. Kami yang akan menentukan discountnya.”

”bukan pada bank?”

”bukan. Pada kami,Nyonya.” jawab Fred cepat.

”Nyonya, anda tahu semua bank pasti akan menyerahkan tagihan yang lewat batas pada perusahaan debt collector seperti kami,” tambah Andre, ” kami selalu membawa kertas bersegel sebagai tanda pembayaran bila sewaktu-waktu nasabah melunasinya,” lanjutnya.

”kertas bersegel itu sah dan anda dapat mengeceknya ke bank. Tiap lembar kertas mempunyai nomor yang berbeda. Begitu anda memegang kertas itu berarti anda sudah melunasinya.” Andre kembali menambahkan, ” silakan besok pagi anda mencek sendiri ke bank. Ini nomor teleponnya.” Andre menyerahkan selembar kartu nama dengan logo bank di atasnya.

Anna membaca sekilas kartu nama itu dan ia duduk di sofa menyilangkan kakinya berhadap-hadapan dengan Andre sementara Reynold dan Fred di sebelah kanannya..

“apakah suami anda selalu pulang malam Nyonya?” Andre bertanya lembut. Dasi kuningnya menggantung di atas meja saat membungkuk ke arahnya.

”ya tentu saja,”

”well, kalau begitu kami akan menunggunya.”

”tidak perlu. Ia keluar kota saat ini.”

ketiga tamunya saling berpandangan.

”baiklah Nyonya. Kami akan kembali besok,” Andre bangkit dari duduk dan melangkah ke pintu sementara Reynold masih menatap sang tuan rumah.

“Ayo Reynold, kita kembali,” Fred menepuk bahu kawannya dan melangkah ke luar.

Setelah mereka pergi, Anna menelpon Andre dan menjelaskan segalanya.

”baiklah, kau telepon bank. Setelah mendapat jawaban, siangnya kau pergi ke bank dan langsung bertemu orang yang kau telepon itu. Kita tak ingin tertipu. Jumlahnya tak sedikit,” jawab Andre.

Keesokan paginya Anna memutar nomor telepon yang tertera pada kartu nama tersebut. Setelah memastikan bahwa itu adalah nomor telepon bank yang dituju, ia membuat janji temu untuk siang harinya.

Sementara itu Andre sudah sibuk mengetik beberapa instruksi pada komputer besar Pizzo Car. Hari ini adalah waktu untuk install advance. Ia menjalankan proses install itu bersamaan dengan proses pengendusan ‘lubang’. Biar bagaimanapun ia tak ingin mempertaruhkan kontraknya hancur karena ada penyusup yang merusak softwarenya sementara proses install berlangsung. Sebenarnya berkali-kali Andre mengingatkan Herald untuk tidak memanfaatkan fasilitas-fasilitas yang disediakan system operasi. Baginya lebih aman membuat sendiri source code untuk beberapa pekerjaan kecil seperti memindahkan file dari satu folder ke folder lain. Namun Herald bersikeras bahwa caranya cukup aman. Andre sadar bahwa fasilitas-fasilitas itu akan membuka ‘lubang-lubang’ baru bagi para penyusup namun akhirnya ia harus mengalah pada Herald karena ia sendiri sudah sibuk mengurus keuangan dan marketingnya.

“nah, ada satu tikus lagi,” gumam Andre pelan ketika melihat titik kuning berkedip lagi di layar noteboknya. Saat ini ia bekerja dengan dua layar computer di sisi kanan kirinya. Ia harus menjalankan proses install tingkat lanjut dengan mengetik berbaris-baris source code rahasia sambil sesekali menoleh pada layar satunya untuk memastikan tidak ada penyusup saat ia bekerja.

Ia mendorong kursinya lebih mendekat ke layar notebook dan memperhatikan titik kuning itu terus berkedip. Andre tak akan menekan satu tombolpun pada komputer besar di kirinya jika titik kuning itu belum berubah hijau.

Andre tahu bahwa pekerjaan install ini menjadi hal membosankan dan membutuhkan kesabaran karena banyaknya penyusup-penyusup yang selalu ingin tahu perut komputer seseorang. Diambilnya sebatang rokok dan dinyalakannya. Menunggu adalah pekerjaan membosankan baginya. Padahal sorce code yang harus ia ketik di komputer sebelah kirinya itu masih seperlimanya.

Andre bangkit dari kursi kulit hitam itu dan berselonjor di lantai bersandar pada meja besar. Matanya pedas menatap layar computer sejak kemarin. Bila nanti titik kuning itu berubah merah akan terdengar bunyi “beep” panjang dari notebooknya dan ia bisa bergegas melakukan pengamanan. Sementara ini ia hanya ingin beristirahat sejenak dan memandang ruangan sekelilingnya.

Dipandangnya dinding ruangan dingin itu dilapisi wallpaper dengan corak kecil. Baru kali ini ia mengamati dengan teliti bahwa corak kecil itu adalah logo Pizzo Rent Car. Setelah puas memandang semua yang ada di hadapannya, iapun memejamkan mata. Lehernya terasa pegal. Saat pikirannya kosong, tiba-tiba benaknya teringat Janet. Wanita itu luar biasa. Ia menemaninya berbagi cerita. Tanpa sadar ia merasakan kerinduan pada wanita yang belum pernah ditemuinya itu. Belum satu bulan sejak mereka bertemu di ruang chat namun ia merasakan seperti telah lama mengenal Janet. Ia membandingkan dengan isterinya, Anna yang sudah dikenalnya lama namun belakangan ini makin dirasa jauh. Anna bagai wanita yang baru bagi Andre. Wanita yang tak ia kenal.

Andre kembali teringat saat-saat ia bercinta dengan Anna. Semua tanpa gairah belakangan ini. Saat Andre membayangkan Janet dan isterinya berulangkali orgasme , dirinya merasa bersalah namun yang ia dapat adalah kecupan manis sebelum tidur dari Anna sebagai ungkapan terima kasih.

Andre menggelengkan kepalanya, ia tak ingin membiarkan dirinya terbawa perasaan. Tangannya berpegangan pada meja kerja besar dan mengamati layar notebook. Titik itu sudah menjadi hijau, ia menarik kursi dan bersiap mengetik berbaris-baris source code lagi. Mendadak teleponnya berbunyi. Sebuah pesan sms masuk. Dari Janet!

Sayang...kangen L

-- ”selamat siang Nyonya. Saya Wiliams,” pria dihadapannya mengulurkan tangan.

Anna menyambutnya,” Siang Mr. Wiliams. Saya Anna.”

”Nah, Nyonya Anna ada yang bisa kami bantu?” tanya pria itu ramah.

”Ya. Berkenaan dengan masalah tunggakan suami saya , Andre.”

Pria itu tersenyum ramah sambil membenarkan gagang kacamatanya.

“Ya. Anda menelpon kami tadi pagi. Memang benar seluruh permasalahan sudah kami limpahkan pada FSDC,”

”maaf..?”

”Ehm.., FSDC, Fast Solution Debt Collector. Salah satu perusahaan rekanan kami. Mereka yang mempunyai otorisasi untuk menyelesaikan tagihan suami anda,” jelas pria itu.

”Suami saya akan membayarnya tiga hari lagi. Langsung kemari.”

”Oh..oh, Nyonya...Itu tak perlu. Dalam dokumen bank kami sudah dijelaskan semuanya. Hutang berikut bunganya itu harus dibayarkan melalui FSDC.”

Anna membenarkan duduknya. Kursi ini terlalu besar bagi ukuran tubuhnya, ” jadi kami tak perlu membayar pada anda.”

Anna menatap pria itu dan melirik ke papan di depan mejanya yang bertuliskan CUSTOMER SERVICE.

“Tentu Nyonya. Anda cukup berurusan dengan FSDC. Kalau tak salah Reynold kemarin menghubungi kami. Suami anda sedang di luar kota rupanya,” pria itu berkata sambil tersenyum. Kumis tipisnya terlihat serasi dengan kulitnya yang putih bersih.

”Ya benar. Karena itu saya yang mengurusnya.”

”baiklah Nyonya. Anda cukup membayar pada mereka dan kabar baiknya mereka bisa memberikan discount bagi pembayaran anda.”

”berapa besar?”

”itu terserah mereka Nyonya. Yang pasti di bawah tagihan dan di atas hutang pokok. Jadi sebenarnya yang diberi discount adalah bunganya.”

”ya. Bunganya tinggi sekali.”

”tentu Nyonya. Suami anda terlalu lama menunggaknya. Denda keterlambatan juga dikenakan bunga. Coba saya lihat dulu..”, pria itu membungkuk membuka laci dan mengeluarkan beberapa kertas.

Anna menatap dinding di belakang pria itu. Simbol R berwarna emas melekat dalam ukuran raksasa pada dinding. Bangunan ini megah tentu Rich Bank merupakan bank besar, pikir Anna.

“nah, nyonya…bunganya memang lebih besar dari hutang pokoknya.,” kata pria itu sambil mengamati kertas di tangannya, “ sekitar tiga kali lipatnya,” lanjutnya sambil menyodorkan kertas tersebut agar terbaca oleh Anna.

Anna mengamati angka-angka tersebut. Persis sama dengan dokumen yang ia terima.

“baiklah, terima kasih atas waktunya. Kami akan membayar pada FSDC.”

Anna bangkit dari duduk.

“jangan lupa kertas bersegelnya Nyonya. Itu anda harus pegang sebagai bukti pembayaran.”

”tentu. Terima kasih.”

Anna melangkah pergi.

”satu lagi nyonya, pastikan salah seorang dari mereka,Mr. Andre, yang menerimanya dan menanda tangani kertas segel itu.”

Anna menoleh dan mengangguk sebelum mengangkat kakinya meninggalkan gedung megah itu.

-- ”aku belum bisa pulang Anna, nanti aku transfer ke rekeningmu. Besok bisa kau bayarkan,” suara Andre terdengar dari telepon.

”jadi kapan kau pulang?” Anna menempelkan gagang telepon sambil mengawasi Rachel yang sedang jungkir balik di karpet sibuk bergulat dengan boneka beruang besarnya.

”Belum tahu. Banyak kelemahan dalam sistem Pizzo. Aku harus memastikan semuanya beres sebelum meninggalkan kantor ini.”

” baiklah, hati-hati sayang...”

”ya Anna. Kau juga”

”aku kangen..” Anna setengah berbisik.

”...”

”Andre..?”

”Ya...”

”Kau tak mendengarkan?” Anna bertanya agak resah.

”ya.. apa kau bilang tadi...aku sedang melihat komputer..”

Anna mendesah,” tidak... baiklah, met bekerja”

“ya..met tidur..”

Klik. Telepon ditutup.

Anna bangkit dari duduk dan menuju ruang tengah. Ia merasakan Andre semakin dingin belakangan ini. Bahkan Rachelpun tak ia tanyakan kabarnya. Namun diusirnya cepat-cepat pikiran itu. /Ia sedang bekerja menyelesaikan masalah kami. Aku harus mendukungnya./

Sementara itu Andre berdiri dalam gelap. Sudah setengah jam yang lalu ia matikan komputer-komputer itu. Diraih tasnya dari atas meja dan bergegas keluar menuju hotelnya.

Setengah jam kemudian saat berendam dalam air hangat di hotelnya Andre mendesah. Aku kangen… itu kata isterinya dan ia mendengarnya namun tak sanggup mejawab. Hambar sekali rasanya berbicara dengan Anna. Andre sendiri heran mengapa dulu ia menikahinya. Sementara ia masih mengingat-ngingat semua masa lalunya bersama Anna, tiba- tiba handphonenya berbunyi. Diraihnya telepon genggam itu dari sisi bath-tub. Ada pesan sms. Layarnya bertuliskan :

22-09 00:10

“ kangen…”

Pengirim : Janet

Ia membalasnya :

“ kangen brown banana?”

Sepuluh menit kemudian cairan putih kental melayang-layang dalam air di atas pahanya.

__________________________________________________________________________________

About yessy

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Maecenas euismod diam at commodo sagittis. Nam id molestie velit. Nunc id nisl tristique, dapibus tellus quis, dictum metus. Pellentesque id imperdiet est.

No comments:


IBX5A4EF4F31DE2D